Leuser yang cantik dan seksi telah memikat berbagai pihak untuk mendekat
dengan maksud menjamah, mencium, menjaga, melestarikan, bahkan yang ingin
merusak, dan memperkosa dengan paksa. Dengan alasan untuk pembangunan, Leuser
terus ditekan dan dibelah yang katanya untuk kebutuhan masyarakat dan saat yang
bersamaan, bencana terus berlangsung yang mengenai masyarakat terutama
dipinggiran hutan dan DAS (daerah aliran sungai).
Lingkungan dan pembangunan sering dipertentangkan baik oleh yang pro
lingkungan maupun yang pro pembangunan. Pertentangan ini tidak seharusnya
berlanjut yang bisa menghambat pembangunan dengan prinsip kelestarian. Sudah
harus dibuang jauh-jauh pernyataan ”mana lebih penting monyet atau manusia”.
Mencari mana lebih penting antara lingkungan dan pembangunan sama dengan
mencari jawaban mana lebih dulu telur dengan ayam. Untuk itu yang perlu
dilakukan adalah bagaimana menjalankan pembangunan demi ”rakyat” dengan
berusaha meminimalkan kerusakan lingkungan. Sudah jelas ada yang ”terkorbankan”
dari pembangunan, apakah itu lingkungan, manusia, maupun pembangunan itu
sendiri, dan itu harus diminimalkan.
Untuk itu sebagai khalifah di muka bumi, maka manusia harus berpikir dan
bertindak secara arif dan bijaksana. Instrumen-instrumen yang diciptakan
manusia untuk pembangunan dan pelestarian secara umum sudahlah baik. Hanya saja
diperlukan sikap mental dan moral yang perlu diperbaiki. Pikiran bahwa SDA
(sumberdaya alam) adalah milik Tuhan dan bisa digunakan sesuka hati harus
dikubur dalam - dalam. Semua ada batasnya, jadi marilah berpikir dan bertindak
mengikuti hati nurani yang baik demi kebaikan semua pihak.
Bumi makin panas, binatang makin buas dan manusia makin ganas perlu
diantisipasi. Jangan lagi bertambah korban manusia dimangsa binatang dan
manusia terkubur hidup-hidup oleh bencana banjir dan longsor karena ulah
manusia itu sendiri. Bumi makin panas akan mengacaukan hasil panen petani
karena musim yang tidak pasti. Semua itu perlu pencegahan dini dan adaptasi.
Bila tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, maka Leuser yang dibanggakan
dan telah menjadi aset dunia hanya akan sia-sia. Ini sama artinya bahwa Leuser
sebagai modal telah tergadaikan baik secara sengaja maupun tidak sengaja, baik
langsung maupun tidak langsung.
Buku ini mencoba untuk memberikan bahasan tentang proses pembangunan dan
pelestarian khususnya di sekitar Leuser. Kebijakan pemerintah, bencana,
kemiskinan petani coba diungkapkan sedemikian rupa sehingga bisa menambah
sedikit wawasan pembaca.
Penulis:
Azanuddin Kurnia
Penerbit: Pustaka Kutaradja
Layout sampul: Aloel
ISBN: 978-602-95075-3-9
0 komentar:
Posting Komentar