Saat masih menjadi pembawa sandal beberapa puluh tahun sebelumnya, Ia
menghabiskan siang bersama temannya sesama pelayan, tertawa dan bercanda
membicarakan atasan sambil menikmati nasi kepal dan acar sayur pada bangku kayu
di belakang kandang kuda.
Setelah Hideyoshi menjadi penguasa tertinggi Jepang, dan para panglima
perang terhebat pun harus masuk daftar tunggu berminggu-minggu untuk bisa bertemu
dengannya; Hideyoshi ketika merenungi masa silam – Ia melangkah mendekati
kandang kuda di tengah hari. Tapi dalam catatannya ada baris kalimat yang sepi,
“kelakar para pengurus kuda segera berhenti begitu mereka melihatku, semua
bersimpuh di tanah, membungkuk hormat. Kekuasaan bisa membuatku terisolasi”.
Ia paham bahwa pemimpin yang tahu diri akan mencari nasehat bijak untuk
meyakinkan efektifitas agar terus berlangsung, agar keputusan-keputusannya
menjadi tepat. Menerima nasehat. Maka dalam kesepian itu Ia mencari sahabat
lamanya, Koroku. Pemimpin kelompok tentara bayaran yang pernah mengajarinya
kehidupan liar, cara hidup yang sudah Ia tinggalkan ketika memilih
jalan terhormat menjadi samurai, tetapi persahabatan mereka tidak pernah putus.
Nasehat Koroku terbukti sangat berharga, ketika Hideyoshi menaklukkan Provinsi
Mino setelah merebut benteng Inabayama yang menakjubkan sekaligus menakutkan di
atas tebing, sebuah kastel hebat yang dibangun oleh seorang bekas pedagang
minyak yang menjadi panglima perang Saito yang kejam.
Hideyoshi mempercayai sahabat lama dan memetik keuntungan dari nasehat
mereka. Ia mengerti “rahasia mempercayai”.
Sementara kisah-kisah mitos yang menjerat imajinasi selalu
menggambarkan seorang pemimpin pemberani melakukan segala hal sendirian – kepemimpinan
heroik. Tapi nyatanya kepemimpinan semacam itu jauh dari romantis. Tak ada pemimpin
yang bisa mencapai keberhasilan sendirian. Semua memerlukan penasehat, juga kritik,
otokritik dan saran ahli.
Maka Hideyoshi dalam lembar catatannya juga menulis, “namaku akan
dikenal dalam sejarah, bukan hanya di Jepang. Namun tanpa Koroku dan penasehat
lainnya, namaku mungkin sudah tenggelam. Aku beruntung karena menemukan mereka.
Dan aku bijaksana karena mau mendengarkan nasehat mereka”…
0 comments:
Post a Comment