Kabut pekat mewakili pikiran,
di hutan belantara. Suatu tempat bersahaja yang kini tidak lagi bebas dari
sidik jari manusia. Debu yang melekat di daun pertanda kemarau. Burung malam
dengan mata curiga bertengger di dahan. Bergerak, merawat bayi dengan wajah
yang tak pernah mengeluh. Seekor elang terbang, memperhatikan apa yang terjadi
pada air, udara dan pohon. Juga apa yang dapat terjadi selanjutnya.
Sebuah fragmen yang
seharusnya membawa kesadaran semua orang untuk memperhatikan betapa menentukan
apa yang kita lakukan. Apa yang akan terjadi terhadap belantara itu jika
orang-orang tidak mengubah cara hidup dalam segi-segi tertentu.
Tetapi beberapa hari ini
saya mendengar pemberitaan resmi, ada kabar lain bagi rimba di sana. Dua oknum pejabat pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tenggara
dan satu orang oknum anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Tenggara
serta satu orang oknum anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Aceh dilaporkan
terlibat dalam tindakan pidana khusus perambahan kawasan hutan TNGL di wilayah
Kabupaten Aceh Tenggara. Mungkin mereka sedang sial, dengan akal yang
masih berfungsi.
Lebih persis lagi, sebenarnya empat
orang itu adalah orang-orang yang memperoleh kedudukan sosial dengan cara-cara
instan. Merambah kawasan hutan yang seharusnya mereka lindungi. Mereka melanggar
Pasal 78 ayat (2) Jo. Pasal 50 ayat (3) huruf a dan b Undang-undang Nomor 41
tahun 1999 tentang Kehutanan. Menjadi tersangka dengan senyum bodoh di depan
kamera.
Disini kita menemukan pelajaran.
Kehidupan manusia dan kehidupan binatang. Dapatkah kita menemukan perbedaan antara
keduanya setelah memperhatikan perangai mereka? Empat orang itu menciptakan
masalah bagi rimba dan makhluk hidup lainnya. Mereka menghancurkan kedamaian
dan menentang kasih sayang sepanjang waktu bagi burung malam di dahan, elang di
udara dan ribuan species lainnya.
Mereka perlu diberi pelajaran…
Mungkin juga perlu diasingkan dengan cara yang mewah.
Mungkin juga perlu diasingkan dengan cara yang mewah.
Dan setelah itu, mudah-mudahan hujan segera turun meski tak sesuai ramalan, membersihkan debu di daun. Menjadikan alam tetap memegang misteri dan kegaiban. Ketentraman yang sebagian manusia tidak memahaminya.
0 komentar:
Posting Komentar