Barisan pohon pinus yang terbakar.
Kumpulan vegetasi yang unik dan memberi pesan mengenai berbagai cerita
kebengisan para pembalak. Tentang gemuruh pohon tumbang dan gergaji mesin yang
tak pernah berhenti. Siamang dan Owa yang ketakutan. Kucing hutan, rusa dan trenggiling
yang patuh pada kematian.
Berbuka
11:21
No comments
Di sebuah ruang terbuka, sore itu di taman yang belum rampung. Orang-orang ramai
menunggu waktu berbuka puasa sambil bermain di taman. Burung-burung kecil
berkicau lalu terbang. Seekor biawak bergegas melarikan diri. Mereka bergerak
memberi peringatan kepada teman agar waspada. Penuh perhatian. Cinta yang
mereka miliki, selalu melindungi teman-temannya yang lain.
Perempuan pengemis setengah baya duduk di tanah sambil
mengipas bayi. Di sudut lain, sales perusahaan properti membagikan brosur tentang
perumahan. Dan di seberang jalan, sebuah restoran sedang mempersiapkan menu
berbuka. Orang-orang berdatangan dari jauh. Mereka adalah para eksekutif,
politisi dan orang-orang yang ketiban aji mumpung. Berbuka puasa bukan lagi
untuk mengingat orang yang lapar. Disini, bulan puasa adalah rangkaian pesta
makan dari magrib ke magrib.
Menjelang pemilu, momentum puasa bisa menjadi arena yang
tepat bagi para caleg untuk konsolidasi, semacam kampanye terselubung. Para
caleg bisa berlomba melakukan pencitraan dengan memperlihatkan kesalehan,
kekayaan dan status sosial kepada konstituennya.
Sekilas, semaraknya buka puasa di tempat-tempat mewah dapat
menunjukkan bangkitnya kebudayaan dan ekonomi ummat Islam. Tapi apakah benar
demikian? Jangan-jangan buka puasa bersama di restoran-restoran mewah dan hotel-hotel
hanya sebagai upaya mengisi kekosongan eksistensi saja.
Setiap tahun di bulan puasa, teman saya yang berprofesi
sebagai mubalig bercerita bahwa memberikan ceramah singkat pada acara buka
puasa bersama adalah sebuah ukuran produktivitas, apalagi yang mengundang
adalah partai politik atau korporasi besar. Sekali waktu dia diundang teman
sebuah partai politik. Mereka yang terdiri dari politikus hebat
mempresentasikan capaian elektabilitas partainya dengan sangat menarik, bahkan
lebih menarik dari ceramah rohani teman saya ini.
Tapi saya menjadi teringat saat-saat berbuka di kampung
halaman dulu. Buka puasa dengan iuran sesama. Ada juga inisiatif dari orang
dermawan untuk mengundang anak-anak yatim dan miskin untuk berbuka bersama di
rumahnya. Ada juga yang mendatangi rumah-rumah miskin dengan membawa makanan
berbuka. Mereka yang dermawan itu berpuasa dan rasa laparnya mengingatkan mereka
kepada yang sering lapar. Karenanya, di kampung kami dulu orang-orang miskin
melihat orang kaya dengan rasa hormat. Tidak banyak kecemburuan sosial dan
deprivasi ekonomi. Cinta, kesabaran, toleransi, kedamaian, kebajikan, kasih
sayang, kebenaran, keadilan, kesadaran, dan integritas dulu menyatu dalam
masyarakatnya.
Tetapi nasib memang berbeda. Sehingga kita bisa memahami
perbedaan antara kearifan dan kebodohan. Dunia yang lalu dan dunia yang
sekarang, kebenaran dan kebohongan, kebaikan dan kenaifan. Di komunitas warga
tepian taman kota ini, kesenjangan sosial selalu saja diproduksi. Kesombongan,
kecemburuan, kemarahan, ketidaksabaran dan egoisme berbaur dalam masyarakat
yang sesak. Rumah-rumah besar adalah raksasa rakus perut-perut besar. Sementara
orang-orang ramah berubah radikal karena keadaan. Mereka kecewa oleh reformasi yang
telah mati.
Dan disini, rasa hormat telah habis. Bila Tuan sangat
membutuhkannya, Tuan bisa membelinya di pasar sebanyak yang Tuan inginkan.
Misteri Qanun Kehutanan
14:54
No comments
Cerobong asap menyala siang dan malam, pipa-pipa penghisap kekayaan sumber daya alam memenuhi kolong
bawah tanah bagian utara Aceh. Di sebelahnya, kaum proletar hidup dari makian.
Sementara di parlemen, orang-orang telah menjadi corong penguasa. Tagihan
perolehan pajak sebagian besar harus disetor ke pusat
Subscribe to:
Posts (Atom)
TAMU
POPULAR
-
Suatu pagi di persimpangan jalan, sebuah botol aqua dicampakkan ke jalan dari celah kaca mobil yang setengah tertutup. Oops…, tiba-tiba da...
-
Aceh memiliki sejarah panjang perebutan sumber daya alam, dari zaman kolonial sampai sekarang. Sumber daya alam Aceh tidak hanya menj...
-
Apakah mungkin memperlambat laju kerusakan bumi, memperlambat meluasnya lubang pada lapisan ozon, menghentikan penyebaran gas polutan y...
-
Menyoroti masalah lingkungan hidup menjadi hal yang menarik bagi saya, apa lagi jika dapat menuliskannya secara popular, kritis, objekt...
-
Seorang lelaki tegap diejek sekerumunan orang, dari kaumnya sendiri, “Kamu terlalu banyak bicara, cobalah tunjukkan janjimu jika kau memang ...
Skenario dan Model Konseptual Hutan Wakaf
Misi
Konservasi secara langsung melalui pembelian lahan kritis. Diperuntukkan untuk membangun hutan yang berfungsi secara ekologis, baik sebagai sumber mata air, maupun sebagai penyerap karbon, ketersediaan buah-buahan dan tanaman obat, bahkan kayu untuk papan keranda, tempat bersarangnya burung-burung, lebah madu, primata dan species lainnya. Seterusnya akan diwakafkan dan disertifikatkan. Selengkapnya
Konservasi secara langsung melalui pembelian lahan kritis. Diperuntukkan untuk membangun hutan yang berfungsi secara ekologis, baik sebagai sumber mata air, maupun sebagai penyerap karbon, ketersediaan buah-buahan dan tanaman obat, bahkan kayu untuk papan keranda, tempat bersarangnya burung-burung, lebah madu, primata dan species lainnya. Seterusnya akan diwakafkan dan disertifikatkan. Selengkapnya