5 Juni. Kali ini saya ingin memperingatinya sendirian, di
hutan. Melihat dan memperhatikan lumut yang menggunung, setua peradaban. Dan di
dalam masa itu, tentu saja waktu tidak seragam sifatnya. Dunia sebagaimana kita
kenal adalah semenjak plastik belum digunakan. Pada masa itu, dunia dihuni
dengan rasa cukup nyaman, tanpa revolusi industri.
Perubahan-perubahan besar terus bergerak, bahkan secara
dramatis. Masyarakat dalam koloni masa kini merasa aman dengan ide ganjil,
serba sintetik. Dan dalam kondisi ini, tanpa kita sadari dunia dapat binasa
dalam satu detik saja. Lubang besar di lapisan ozon telah menganga di kutub
Selatan dan hujan asam terus meningkat. Kita memakan lebih banyak makanan
daripada yang sanggup kita tanam.
Di jalan setapak yang tiba-tiba runtuh, ketika saya berjalan
menyusuri hutan yang telah berubah menjadi lahan sawit tampaknya tidak lagi cukup
mengejutkan. Ada perubahan atomik. Pasir-pasir menyerah oleh tekanan
kapitalisme yang bertubi-tubi hingga meremukkan grafitasi. Amblas.
Kita hampir saja terjebak oleh anggapan bahwa bumi begitu
luas dalam ruang tanpa tepi. Akibatnya, jika terdapat kenaikan temperatur 10
derajat Celcius, kesan kita akan hal itu masih kurang besar dan tidak begitu
mengesankan, sampai akhirnya kita terkejut bahwa kenaikan suhu yang demikian
dapat membawa air laut lebih 100 meter di atas garis pasang.
Tanpa sadar kita telah jauh melangkahi ambang pintu
perubahan, mungkin diujung berakhirnya alam. Pada titik ini, kita bisa melihat
dengan gamblang, apa yang telah kita lakukan. Hutan-hutan hujan tropis sedang
menghilang di abad ini dengan membawa species tumbuhan dan hewan, bukan dengan
cara perlahan. Kita segera kehilangan sumber-sumber yang unik.
5 Juni di tahun 2013 adalah hari lingkungan hidup sedunia
yang ke-41 sejak dicetuskan pada tahun 1972 di Stockholm. Tetapi tidak banyak
yang bisa diharapkan, jika kita tidak berhenti dari omong kosong yang begitu
banyak.
|Afrizal Akmal, 2013|.
begitu pula dengan hutan di kampung saya yang dulu hancur kini semakin tak jelas bentuknya akibat keserakahan manusia.hari lingkungan terus diperingati, tapi lingkungan semakin mati
ReplyDeleteLiza Fathia, inilah realitas yang harus ditanggung generasi masa depan. Ongkos ekologis yang terus menumpuk...
ReplyDeleteKurangi pemakaian plastik dengan membawa keranjang ketika berbelanja, tidak memakai diapers sekali pakai pada bayi salah-satu hal kecil yang bisa IRT seperti saya lakukan. Dan memang butuh gebrakan dan kebijakan tegas dari pemimpin dunia jika ingin menyelamatkan bumi.
ReplyDeleteHaya Nufus, semoga semakin banyak orang yang konsisten dalam penyelamatan bumi, tidak sekedar berkomitmen.
ReplyDeleteKini, tahun 2016, tanggal 5. Juni sudah lewat.
ReplyDeleteUntuk menemukan rimba asli kita harus mencari lama. Lebih gampang untuk menemukan kebun sawit.
Langkah-langkah yang kita pergi untuk melawan permasalahan pertumbuhan industri diduga tak terbatas dan konsumsi berlebihan masih mungil.
Pertama, kita harus merenungkan kemanusiaan kita. Kedua setiap dari kita ikut hatinya yang sudah diyakinkan dengan dasar-dasar kemanusian ikhlas untuk beri contoh dengan hidup sendiri. Walaupun gunanya nampaknya kecil itu tidak sia-sia.
Maka dari itu ada kepentingan besar bahwa ada aktivis seperti kamu yang tidak pernah lelah untuk masukan pandangan dan untuk mengumumkan kata yang membangkitkan orang-orang lain. Semoga bersemangat terus.