Di masa lalu, para pemegang HPH telah melakukan segala yang
diinginkannya, sebelum mereka diusir dan dicaci maki. Satu-satu, meninggalkan
keganjilan. Kala itu seseorang yang baru ditepung tawari menjadi tokoh penting
dalam menghentikan sementara izin Hak Pengusahaan Hutan. Sebuah instruksi
moratorium logging diberlakukan.
moratorium logging diberlakukan.
Tetapi pemilik izin-izin HPH itu selalu punya kelebihan.
Mereka melihat dengan tepat bahwa betapapun saktinya instruksi itu, ianya tak
terlalu istimewa. Pergantian rezim lama ke rezim baru adalah waktu yang tepat
untuk membangun siasat baru. Ketajaman menangkap kepentingan, makin mematangkan
keinginan agar HPH dapat kembali beraktifitas di belantara hutan Aceh.
Lebih dari itu, mereka ingin mejadi pahlawan dalam memenuhi
kebutuhan kayu untuk keberlanjutan pembangunan di Aceh. Kemalasan dan tidak
kreatifnya pemerintah daerah dalam mencari alternatif pemenuhan kayu untuk
pembangunan, nampaknya menjadi permainan yang asyik untuk mereka dinikmati.
“Ayo kita invasi…” teriak mereka yang lihai berbisnis kayu. “Mari
kita rampas kembali sumber daya hutan di negeri yang tidak benar-benar berdaulat
itu”. Disertai hasrat, mereka siap membungkam yang paham niat jahatnya, dan
menambal cacat di masa lalu. “Mari kita datang layaknya pahlawan, kita tahu
obat masuk angin itu apa. Berikan sedikit dari keuntungan kita, mereka akan
berpura-pura tidak mengetahui ”.
Di negeri yang diperebutkan ini, konflik sumber daya alam
tidak menyadarkan pemerintahnya dari pengalaman buruk yang pernah berlaku.
Tidak ada hasrat untuk tidak mengulanginya. Tidak menjadi pelajaran berharga
untuk membangun kesadaran barunya.
Dengan begitu, HPH kembali mendapati tempatnya. Dan jika
segala bencana banjir yang ditimbulkan akibat aktifitas penghancuran hutan itu memberi
beban penderitaan baru bagi rakyat, siapakah yang akan bertanggung jawab?
Memberikan izin HPH adalah sebuah bentuk penghancuran terhadap lingkungan di Aceh. Sehrausnya pemerintah pusat dan daerah belajar dari bencana-bencana yang memilukan selama ini yang meluluhlantakkan bumi Aceh. Tidakkah kamu berfikir? Sungguh ini kebijakan yang menyesatkan dan menyakiti hati rakyat. Sudah terlalu banyak luka HPH yang terkoyak. Sudah terlalu banyak air mata yang menganak sungai. hentikanlah kebijakan yang mengantarkan kehidupan rakyat Aceh ke pintu penderitaan itu. berhentyilah berkolusi dengan para pembalak hutan itu. Ingat hutan kita bukanlah milik kita yang harus kita babat saat ini.
ReplyDelete