Ada rasa bosan ketika berdiskusi tentang apa yang terjadi di
negeri ini. Apalagi tentang wacana yang meski genting tetapi tak tuntas-tuntas.
Semua orang hanya mencoba menerangkan dalam bahasa dan sistem, mencoba
mengartikulasi dan menggunakannya sebagai proses politik.
Sebut saja persoalan reformasi yang bayangan kehadirannya
terlihat sebentar, lalu hilang lagi. “Hantu baik” itu menyadarkan kita bahwa
negeri ini sebenarnya belum bersungguh-sungguh. Itu sebabnya kita selalu perlu
risau melihat kenyataan bahwa diri kita terperangkap dalam gaya hidup dinasti
korup, mewah dan boros.
Kita berada diantara orang-orang yang dengan yakin dan
sangat pongah, memandang diri sebagai permata dari suara jelata. Kita juga
pandai membuat undang-undang demi kepentingan “umum”. Padahal kita tak lebih
adalah bagian dari persoalan-persoalan itu.
Kebanyakan kita bahkan tidak menyadari sedang berada dalam
sebuah cerita lucu reformasi. Demokrasi disini belum mendatangkan keadilan.
Banyak hal negatif dan traumatis yang belum dijawab oleh regulasi. Reformasi
sedang sekarat. Dia pernah hadir disini sebentar saja, lalu lenyap dan terus
lenyap. Atau mungkin juga kepergiannya tak pernah kita rasakan, sebab kita
tidak mengganggapnya istimewa.
Reformasi yang dilakonkan hanya lintasan sejarah yang tak
mampu mengalahkan tuan tanah. Negeri ini dikuasai orang-orang yang mahir
berbisnis dan tak terikat dengan tangisan siapapun. Mereka menguasai tanah lengkap
dengan sistem administrasinya. Pejabatnya menjadi kaya raya setelah tanah hutan
dan rawa-rawa disewakan kepada para jakal.
0 comments:
Post a Comment