Di jagat raya ini
hewan yang memakan, secara umum disebut pemangsa. Ada pemangsa yang
menguntungkan, tetapi tidak sedikit yang merugikan. Menguntungkan dan merugikan
itu sering tidak bersifat mutlak, melainkan tergantung pada waktu dan tempat.
Ada keseimbangan yang dinamis antara populasi mangsa dan
pemangsa ketika kenaikan populasi mangsa diikuti oleh kenaikan populasi
pemangsa setelah beberapa waktu. Jadi terjadi saling mengendalikan dan dalam
situasi itu kemungkinan terjadinya ledakan populasi mangsa atau pemangsa sangatlah
kecil.
Dalam ruang hidup mahluk berjenis manusia, sebuah populasi
seringkali direkayasa sedemikian rupa untuk dipercepat. Sebut saja rekayasa
kolonisasi seperti mendatangkan transmigran dari suatu wilayah
ke wilayah tertentu. Lalu ada juga konsentrasi yang berlebihan dari
markas-markas militer di wilayah-wilayah rawan konflik sumber daya alam seperti
di Aceh dan Papua.
Menarik untuk dicermati ketika lahan-lahan di sepanjang
jalan dari Banda Aceh menuju ke Sumatera Utara mulai marak dengan pembangunan
markas-markas militer. Demi alasan pertahanan negara, penambahan dan perekrutan
baru tentara setiap tahun mungkin bisa dimaklumi. Tetapi jika kita singgungkan
dengan persoalan lahan yang tersedia di suatu wilayah untuk menampung penambahan
setiap tahun personil tentara, tentu akan menjadi masalah baru yaitu
menyempitnya lahan.
Dalam jangka pendek mungkin persoalan ini belum dikeluhkan,
tetapi konflik akan meledak dikemudian hari jika tidak disikapi dengan
bijaksana. Oleh karenanya pembangunan markas-markas militer perlu di perjelas
batas area dan daya dukung lahannya. Yang terjadi sekarang adalah begitu mudah negara memberikan izin terhadap menjamurnya markas-markas militer itu. Negara
seringkali tidak mepertimbangkan apakah kawasan yang akan dibangun markas
militer itu merupakan kawasan yang dilindungi secara konservasi, atau kawasan
pengembalaan ternak rakyat. Seperti di kawasan Tahura Aceh Besar dan Cot Padang Nila Aceh Pidie.
Realitas ini mungkin menunjukkan bahwa penambahan dan perekrutan
tentara baru setiap tahun ternyata tidak saja memboroskan anggaran negara,
tetapi juga memboroskan sumber daya lahan. Sebuah gagasan mungkin perlu
dipertimbangkan, “moratorium perekrutan tentara”, sampai batas waktu yang
wajar.
Akhirnya, penting atau tidaknya gagasan ini terserah kepada
pembaca sekalian. Atau kita abaikan saja dan menertawainya sambil kencing
diam-diam. Hmmm…
0 komentar:
Posting Komentar