Berawal dari tanah, rakyat jelata itu rubuh ke tanah. Niat mempertahankan martabat dan lahan garapan dijawab dengan senjata oleh serdadu. Nurani tercabik saat ingin menyambung hidup. Rakyat pun mengadu kepada Tuhan, mengadu ke Komnas HAM, mereka angkat bicara tentang sengketa di atas lahan yang mereka diami selama puluhan tahun hingga hadirnya perusahaan PT Sumber Wangi Alam (SWA) pada tahun 1996.
Rakyat tidak ingin merampok perusahaan. Rakyat juga tidak menuntut hak sebagaimana pernah dijanjikan oleh perusahaan yang akan memberi plasma desa seluas 1.000-an hektar. Tetapi rakyat yang jujur ini hanya menuntut dipenuhinya hak seluas 533 hektar saja agar mereka bisa makan.
Anehnya sejak peristiwa pembantaian itu tercium ke publik, orang-orang hebat yang mengurusi serdadu di negara ini ramai-ramai berkelit. Padahal faktanya disana ada serdadu dan bau mesiu. Disana ada 40 orang preman. Disana ada tatapan sangar orang-orang yang memakai golok saat warga lewati jalan.
"Jika kami dijahatin, tentu kami balas. Tetapi jika mereka baik, kami akan membalas sepuluh kali lebih baik", begitu kata warga Sodong, Mesuji. Sebuah pelajaran berbeda dari rakyat kampung yang tidak pernah dimengerti oleh orang-orang hebat di negeri ini.
|Afrizal Akmal, 2011|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
TAMU
POPULAR
-
Suatu pagi di persimpangan jalan, sebuah botol aqua dicampakkan ke jalan dari celah kaca mobil yang setengah tertutup. Oops…, tiba-tiba da...
-
Aceh memiliki sejarah panjang perebutan sumber daya alam, dari zaman kolonial sampai sekarang. Sumber daya alam Aceh tidak hanya menj...
-
Apakah mungkin memperlambat laju kerusakan bumi, memperlambat meluasnya lubang pada lapisan ozon, menghentikan penyebaran gas polutan y...
-
Menyoroti masalah lingkungan hidup menjadi hal yang menarik bagi saya, apa lagi jika dapat menuliskannya secara popular, kritis, objekt...
-
Seorang lelaki tegap diejek sekerumunan orang, dari kaumnya sendiri, “Kamu terlalu banyak bicara, cobalah tunjukkan janjimu jika kau memang ...
Skenario dan Model Konseptual Hutan Wakaf
Misi
Konservasi secara langsung melalui pembelian lahan kritis. Diperuntukkan untuk membangun hutan yang berfungsi secara ekologis, baik sebagai sumber mata air, maupun sebagai penyerap karbon, ketersediaan buah-buahan dan tanaman obat, bahkan kayu untuk papan keranda, tempat bersarangnya burung-burung, lebah madu, primata dan species lainnya. Seterusnya akan diwakafkan dan disertifikatkan. Selengkapnya
Konservasi secara langsung melalui pembelian lahan kritis. Diperuntukkan untuk membangun hutan yang berfungsi secara ekologis, baik sebagai sumber mata air, maupun sebagai penyerap karbon, ketersediaan buah-buahan dan tanaman obat, bahkan kayu untuk papan keranda, tempat bersarangnya burung-burung, lebah madu, primata dan species lainnya. Seterusnya akan diwakafkan dan disertifikatkan. Selengkapnya
0 comments:
Post a Comment