Apa yang dapat dilakukan ketika petani-petani di desa telah
mengeluhkan matahari yang tampak lebih panas dari biasanya? Ketika hujan tidak
lagi datang tepat pada waktu yang mereka harapkan?
Implikasi bagi keberlanjutan pertanian tidak terlepas dari
kecendrungan orientasi elit politik yang hanya memiliki sedikit rancangan dan
penelitian terhadap nasib pertanian negeri ini di masa depan. Berbagai program
yang mereka usung bahkan tidak memiliki relevansi dengan kepentingan dan
praktek utama pertanian yang berkelanjutan.
Pembangunan di sektor pertanian hanya diarahkan oleh tekanan
politik untuk mengutamakan produktivitas
jangka pendek semata dan justru mengesampingkan dampak lingkungan di masa
depan. Dampak jangka panjang terhadap kesuburan tanah, kemampuan regenerasi
vegetasi dan kesehatan para petani belum mendapat perhatian.
Petani-petani di desa telah setengah mati tergantung kepada benih
hibrida, pupuk dan pestisida kimia buatan. Sistem pertanian semacam ini sangat
berorientasi pasar global dan membutuhkan modal yang besar. Petani-petani
miskin telah dihadapkan ke “tiang gantungan” yang mencekik, yang menyebabkan
mereka sangat tergantung untuk membeli benih, pupuk, pestisida dan imput
lainnya yang serba mahal.
Inilah situasi sulit yang sedang dialami para petani di
desa. Biasnya adalah ketidakadilan kesejahteraan bagi petani yang berlahan
sempit dan miskin. Mereka tergilas oleh tidak terjangkaunya peningkatan harga
pupuk kimia buatan. Sementara itu, harga produksi pertanian tidak menentu dan
cenderung rendah ditingkat produsen. Lagi-lagi yang diuntungkan adalah para supplier
benih hibrida, pupuk dan pestisida kimia buatan.
Ketergantungan yang semakin meningkat terhadap pupuk dan
pestisida kimia buatan tanpa disadari telah mencemari sungai dan air tanah
dalam tingkat yang tidak pernah dihitung secara berkala, yang tentu saja
membahayakan kesehatan para petani itu sendiri dan masyarakat pengguna sumber
daya air disekitarnya.
Para petani di negeri ini tampaknya sedang dipaksa masuk ke
dalam bahaya besar karena terjebak hutang ketika mereka diberikan akses kredit.
Mereka mungkin akan terjebak oleh bujukan “rentenir resmi” lembaga-lembaga
keuangan pemerintah lokal dan nasional yang seolah-olah membantu untuk mengikat diri kepada kredit demi investasi
modal yang tinggi lewat metode produksi yang mengharuskan penggunaan benih
hibrida, pupuk dan pestisida kimia buatan. Namun pada saat yang sama, ketika
harga benih hibrida, pupuk dan pestisida kimia buatan itu meningkat, harga
produk pertanian justru dipertahankan pada tingkat yang rendah oleh pemerintah,
ditambah lagi oleh membanjirnya produk pertanian impor bersubsidi di pasar
setempat.
Adakah inisiatif bijak dan alternatif yang sedang ditawarkan
elit politik ditengah hiruk-pikuk perebutan konstituen yang justru didominasi
kaum tani?
Sebagai rakyat saya ingin mengajukan beberapa inisiatif pada
tataran yang berbeda.
Pada tataran pengambil kebijakan publik; jadikanlah
pengetahuan lokal sebagai sumber informasi penting tentang sistem pertanian,
terutama praktek tradisional yang mulai ditinggalkan. Dalam kerangka holistik yang
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmiah dan berorientasi ekologis, ada banyak
teknologi pertanian tradisional yang bisa memberikan masukan penting pada
pertanian yang berkelanjutan.
Ada banyak sumber informasi yang dapat digunakan untuk
membangun pertanian berkelanjutan yang bisa diperoleh dari pengalaman petani
yang keberanian dan kreativitasnya dalam mengembangkan teknologi pertanian
seringkali diabaikan oleh para peneliti dan balai-balai penelitian dan sering
dianggap tidak relevan oleh kalangan akademisi yang ada.
Pada tataran petani; secara perlahan-lahan, cobalah
melepaskan diri dari “jeratan mematikan” penggunaan benih hibrida, pupuk dan
pestisida kimia buatan yang terus-terusan mahal itu. Hanya petani sendirilah yang bisa mengambil
keputusan untuk mengurangi pencemaran dan biaya mahal dengan menerapkan
tehnik-tehnik bertani yang lebih ramah lingkungan dan manusiawi.
Akhirnya, penting untuk mengembangkan agroekologi untuk
mengkonservasikan sumber daya alam, meningkatkan produktivitas dalam jangka
panjang demi menghindari bencana ekologis. Jika tidak, maka Pak Tani kita akan
berada di tepi jurang.
0 komentar:
Posting Komentar