Ketika manusia datang, hutan-hutan menjadi gundul. Ketika manusia-manusia itu pergi, maka pohon-pohon kembali tumbuh dan hutan pun menjadi asri kembali. Lain halnya dengan satwa, sebagai pollinator - satwa melalui kotorannya akan mengecambahkan biji-biji pohon yang dimakan menjadi pohon-pohon muda. Tidak hanya menumpuhkan pohon, satwa-satwa itu sekaligus berperan membantu polinasi (penyerbukan) dan penyebaran benih tanaman dalam sebuah ekosistem
Pesta Pasir Serdadu
04.35
No comments
Mungkin inilah kolonialisme yang mereka anggap sah, ketika para serdadu dengan rakus merengguk pasir sambil menghalalkan kebakhilan mereka atas sumber daya alam Aceh di sungai-sungai yang tak lagi jernih. Mereka boleh melanggar hukum, memonopoli gunung dan sungai. Begitulah kekuasaan mereka di negeri ini, tak terhitung lagi berapa kubik kekayaan dari tambang-tambang pasir yang telah mereka kuras.
Kekayaan sumber daya alam Aceh begitu mudah berpindah tangan. Pejabat militer ramai-ramai korup. Demikian berkuasanya perusahaan milik serdadu di Krueng Jreue Aceh Besar adalah contoh kecil dari banyaknya kasus lain yang tidak terungkap dan mampu diredam dengan kekerasan.
Fakta ini menjadi jelas ketika ditemukan alat-alat berat milik serdadu dilokasi galian C di Krueng Jreue Aceh Besar oleh Walhi Aceh pada Agustus 2011 lalu . Anehnya, entah dari mana mereka mendapat surat izin "hantu" untuk usaha penumpukan material galian C itu.
Sungguh tak dapat diabaikan juga bahwa kasus seperti ini adalah konsekuensi dari kolonisasi serdadu yang semakin kuat pasca perang di Aceh. Mereka tidak membayar pajak...Sama seperti dimasa-masa perang, para serdadu memiliki dan membeking berbagai perusahaan tambang dan kayu hutan.
Sebagai rakyat, tentu saja kita marah ditengah ongkos hidup yang terus naik. Tetapi tanpa persetujuan kita pun, praktik-praktik semacam itu mungkin akan terus berlangsung dan tak ada tanda-tanda akan berakhir. Ditangan kekuasaan, fakta semacam ini bisa saja menjadi sampah dan diabaikan. Silahkan menganalisa!
|Afrizal Akmal, 2011|.
Kekayaan sumber daya alam Aceh begitu mudah berpindah tangan. Pejabat militer ramai-ramai korup. Demikian berkuasanya perusahaan milik serdadu di Krueng Jreue Aceh Besar adalah contoh kecil dari banyaknya kasus lain yang tidak terungkap dan mampu diredam dengan kekerasan.
Fakta ini menjadi jelas ketika ditemukan alat-alat berat milik serdadu dilokasi galian C di Krueng Jreue Aceh Besar oleh Walhi Aceh pada Agustus 2011 lalu . Anehnya, entah dari mana mereka mendapat surat izin "hantu" untuk usaha penumpukan material galian C itu.
Sungguh tak dapat diabaikan juga bahwa kasus seperti ini adalah konsekuensi dari kolonisasi serdadu yang semakin kuat pasca perang di Aceh. Mereka tidak membayar pajak...Sama seperti dimasa-masa perang, para serdadu memiliki dan membeking berbagai perusahaan tambang dan kayu hutan.
Sebagai rakyat, tentu saja kita marah ditengah ongkos hidup yang terus naik. Tetapi tanpa persetujuan kita pun, praktik-praktik semacam itu mungkin akan terus berlangsung dan tak ada tanda-tanda akan berakhir. Ditangan kekuasaan, fakta semacam ini bisa saja menjadi sampah dan diabaikan. Silahkan menganalisa!
|Afrizal Akmal, 2011|.
Langganan:
Postingan (Atom)
POPULAR
-
Suatu pagi di persimpangan jalan, sebuah botol aqua dicampakkan ke jalan dari celah kaca mobil yang setengah tertutup. Oops…, tiba-tiba da...
-
Aceh memiliki sejarah panjang perebutan sumber daya alam, dari zaman kolonial sampai sekarang. Sumber daya alam Aceh tidak hanya menj...
-
Apakah mungkin memperlambat laju kerusakan bumi, memperlambat meluasnya lubang pada lapisan ozon, menghentikan penyebaran gas polutan y...
-
Menyoroti masalah lingkungan hidup menjadi hal yang menarik bagi saya, apa lagi jika dapat menuliskannya secara popular, kritis, objekt...
-
Seorang lelaki tegap diejek sekerumunan orang, dari kaumnya sendiri, “Kamu terlalu banyak bicara, cobalah tunjukkan janjimu jika kau memang ...

Skenario dan Model Konseptual Hutan Wakaf
Misi
Konservasi secara langsung melalui pembelian lahan kritis. Diperuntukkan untuk membangun hutan yang berfungsi secara ekologis, baik sebagai sumber mata air, maupun sebagai penyerap karbon, ketersediaan buah-buahan dan tanaman obat, bahkan kayu untuk papan keranda, tempat bersarangnya burung-burung, lebah madu, primata dan species lainnya. Seterusnya akan diwakafkan dan disertifikatkan. Selengkapnya
Konservasi secara langsung melalui pembelian lahan kritis. Diperuntukkan untuk membangun hutan yang berfungsi secara ekologis, baik sebagai sumber mata air, maupun sebagai penyerap karbon, ketersediaan buah-buahan dan tanaman obat, bahkan kayu untuk papan keranda, tempat bersarangnya burung-burung, lebah madu, primata dan species lainnya. Seterusnya akan diwakafkan dan disertifikatkan. Selengkapnya
